RESENSI BUKU "INDONESIA MENGAJAR"


MELUNASI SEBUAH JANJI KEMERDEKAAN


Judul buku      : Indonesia Mengajar
Pengarang       : Pengajar Muda
Penerbit           : Bentang
Tahun terbit    : November, 2011
Tebal buku      : xviii + 322 hlm
ISBN              : 978-602-8811-6

Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar didirikan oleh Anies Baswedan, Ph.D. pada tahun 2010. Gerakan ini mengajak generasi baru yang terdidik, berprestasi, dan memiliki semangat juang untuk menjadi guru SD selama satu tahun di pelosok Indonesia. Sebagai wujud melunasi janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada tanggal 10 November 2010 gerakan Indonesia Mengajar ini memberangkatkan lima puluh satu pengajar muda menuju pelosok negeri untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Selama satu tahun kisah para pengajar muda tersebut seakan tak berujung. Setiap hari selalu ada pengalaman baru. Maka kisah-kisah mereka disatukan dalam buku ini. Buku Indonesia Mengajar merupakan catatan kecil berisi kisah para pengajar muda mendidik anak-anak yang memiliki semangat belajar yang tinggi dan berbaur dengan masyarakat pelosok negeri. Kisah-kisah inspiratif, lucu, dan mengharukan terangkum dalam buku yang terbagi atas empat bab ini. Kisah tentang Upi, seorang anak pintar yang mampu berhitung dengan cepat, tentang Syahrul, anak yang sebelumnya nakal tetapi seketika berubah saat ditetapkan sebagai asisten guru, ataupun kisah seorang anak bernama Andi yang dikucilkan oelh teman-teman sekelasnya. Dalam buku ini juga diceritakan perlakuan keras guru-guru di sana terhadap murid-muridnya. Tak jarang guru membawa rotan ke dalam kelas setiap hari. Hukuman fisik memang sudah biasa dipakai oleh guru di daerah itu sehingga anak-anak didik juga terbiasa berlaku keras kepada teman-temannya. Namun para pengajar muda berhasil mengubah ketakutan murid-muridnya terhadap kekerasan dalam belajar dengan mengganti metode pembelajaran sesuai kreatifitas masing-masing.
Selain berbicara tentang anak-anak didik, dalam buku ini juga dikisahkan tentang keadaan kampung yang hanya menikmati listrik 4,5 jam (pukul 18.00-22.30 ) dengan genset. Kisah ini mengajak pembaca untuk terus bersyukur dengan fasilitas listrik yang sudah memadai di kota-kota. Selain itu juga ada kisah seorang pengajar muda yang diminta memberikan nama anak yang baru lahir di kampung tempat ia tinggal. Si Ibu berharap kelak anaknya menjadi orang hebat seperti pengajar muda yang memberikan nama anaknya itu. Masih banyak kisah-kisah inspiratif yang terangkum dalam buku ini. Dengan bahasa yang mengalir, kisah ini menyampaikan banyak hikmah yang dapat diambil oleh pembaca. Inilah buku yang harus dibaca oleh para pendidik di Indonesia karena Anies Baswedan, Ph.D. mengatakan bahwa sesungguhnya mendidik adalah tugas moral tiap orang terdidik.

Dewi Syafrina
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Universitas Negeri Padang


(Singgalang, 8 Januari 2012)

Komentar