(Dulu) Aku Ingin Menjadi Guru Bahasa Inggris


(Dulu) Aku Ingin Menjadi Guru Bahasa Inggris

Hari ini, Sabtu, 24 Maret 2012, aku mengikuti pre-test sebagai persyaratan mendaftar di FKPWI English Course . Tes dimulai pada pukul 10.00 WIB dan soal ujian dibagikan. Dalam lembaran itu terdapat 50 butir soal grammar. Saat aku menelitinya satu per satu hatiku berseru, “Ah, betapa aku rindu belajar bahasa Inggris.”
Terakhir aku mengikuti kursus bahasa Inggris adalah saat kelas XII. Aku suka bahasa Inggris. Aku tertarik dengan berbagai macam peraturan ketatabahasan dalam bahasa Inggris. Sedikit rumit memang, tetapi aku suka.
Berbicara tentang bahasa Inggris, ingatanku melayang menuju beberapa tahun lalu. Aku ingat dulu aku bercita-cita menjadi guru bahasa Inggris. Mengapa? Karena bahasa Inggrislah bahasa asing pertama yang kupelajari dan (saati itu) bahasa Inggris mengasyikkan.
Saat duduk di kelas III Sekolah Dasar Negeri 04 Birugo untuk pertama kalinya aku belajar bahasa Inggris dengan guru (Miss. Masni) yang didatangkan dari luar dan mengajar di SD kami. Tidak semua siswa yang belajar bahasa Inggris waktu itu. Hanya yang berkeinginan saja karena ini merupakan kursus bukan program sekolah. Kurasa dulu aku tidak ada keinginan belajar bahasa Inggris karena memang aku tak tahu menahu. Namun ibu  yang saat itu juga mengajar di SD-ku mendaftarkan aku untuk mengikuti kursus bahasa Inggris itu (terima kasih ibu… LOVE YOU ^_^). Pertama kali kami diajarkan greeting dan aku masih ingat nama-nama yang digunakan saat itu adalah Mr. Brown, Mr. Black, Jhon, dll (hehe, iseng!)
Pembelajaran bahasa Inggrisku berlanjut ke kelas IV. Saat itu pula pembelajaran bahasa asingku bertambah satu. Aku belajar bahasa Jepang yang sebenarnya hanya diperuntukkan kepada siswa kelas V dan VI. Namun (lagi-lagi) ibu memasukkan aku untuk bergabung ke kelas VI saat pembelajaran bahasa Jepang. Seiring pembelajaran dua bahasa asing itu, aku pun mulai membanding-bandingkan keduanya. Aku merasa bahasa Inggris lebih mengasyikkan dari pada bahasa Jepang. Bahasa Inggris lebih mudah dimengerti, menurutku. Sehingga saat ditanya apa cita-citaku maka aku akan menjawab dengan mantap, “ Aku ingin menjadi guru bahasa Inggris.”
Kegemaranku belajar bahasa Inggris berlanjut setelah aku lulus SD. Guru-guru yang mengasyikkan, Miss. Masyitah dan Miss. Khadijah, membuatku semakin bertekad menjadi guru bahasa asing yang satu ini. Mengingat belajar bahasa Inggris di SMP, pikiranku kembali berputar saat aku kelas IX. Saat itu guru kami dalam mengajar sering mengucapkan kalimat yang sama. Aku bersama teman-temanku penasaran, apa yang sebenarnya diucapkan beliau. Kalimat itu terlalu sering kami dengar, tetapi kami tidak tahu penulisannya seperti apa. Beberapa tahun kemudian baru aku tahu bahwa kalimat yang sering beliau ucapkan itu adalah “It’s mean that.” (hehe iseng lagi!)
Saat SMP ini juga aku mulai mengikuti les private bahasa Inggris dengan guru Xaverius, Miss. Lina. Bersama beliau, aku tidak diajarkan tentang teks-teks bahasa Inggris yang membosankan itu. Namun aku diajarkan tata bahasa yang awalnya membuatku bingung. Terlalu banyak peraturannya tetapi pada akhirnya aku menikmati semua itu. Melahapnya satu per satu dan tak pernah merasa kenyang. Itu semakin membuatku menyukai bahasa Inggris.
Namun keinginanku berubah total saat duduk di bangku SMA. Pembelajaran bahasa Inggris tidak semenyenangkan dulu lagi. Aku tak tahu apa ada yang salah, tetapi yang jelas aku tidak lagi tertarik dengan bahasa Inggris. Seperti tahu isi hatiku, ‘sesuatu’ yang tak kubayangkan langsung mengisi keinginan hatiku yang kosong. Bahasa Indonesia menarik seluruh perhatianku. Cita-cita yang dulu kuujarkan perlahan pudar. Namun saat kembali ada yang bertanya aku ingin menjadi apa, aku tidak dapat menjawabnya secara pasti seperti dulu lagi. Terlalu banyak pelajaran yang kusuka semasa SMA. Bahasa Indonesia, Biologi, ataupun Fisika.
Bahasa Inggris … Bahasa Inggris … Bahasa Inggris
Aku rindu mempelajarinya, mengingat-ingat peraturan tata bahasanya, mencoba merangkai-rangkai kata. Karena itulah aku bersemangat untuk mengikuti FKPWI English Course di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Tekadku kembali membara. Aku ingin bisa berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar walau di samping itu aku tetap  mencintai bahasa Indonesia, begitu juga dengan jurusan yang sedang aku geluti.

Padang, 24 Maret 2012
Dewi Syafrina

Komentar

  1. asik asikkkkkkk ...

    visit me blog,, cerita-siMbah.blogspot.com

    BalasHapus
  2. oke.... :D makasih udah baca.. ^_^

    BalasHapus
  3. wah..keren..langsung nulis..hehe..salam kenal..semangat bljar bahasa inggrisny..:)

    BalasHapus
  4. semua berawal dari mimpi-mipi kita dek.. walaupun kenyataan sekarang (mungkin) jauh lebih indah dari mimpi kita.. :) semangat!!!!

    BalasHapus
  5. Subhanallah :) Maha suci ALLAH yang membolak balik kan hati :)

    BalasHapus
  6. Masih dalam ruang lingkup bahasa. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. afwan gak tau cara kasih komennya. jadi numpang disini..
      kalo mau belajar bahasa inggris biar lancar, ke pare aja wii... dijamin!!
      :P

      Hapus
  7. haha...
    anak sastra,,,
    cie2............

    semangat,,,,

    BalasHapus
  8. banyak ya komennya...ikutan gabung boleh ya..

    BalasHapus
  9. haha... nggak nyadar kalo banyak yang ngoment... maaf kalo baru dibalas..

    terima kasih komentarnya..

    terima kasih sudah baca tulisanku... :D

    Sungguh tulisan ini tak berarti apa-apa jika tidak ada yang membacanya.. ^_^

    Makasih kak Nurul, kak Rahmi, Irfan, Tyo, Bang Yongki, Nia... :D

    BalasHapus

Posting Komentar