Bacaan untuk Anakku Nanti

Satu tahun yang lalu, November 2020, aku mulai menyortir buku-bukuku yang tertimbun dalam kardus. Ada ratusan buku, di antaranya kubeli karena kurasa penting, tetapi ternyata tidak. Ratusan buku itu nyatanya tidak kubaca sampai selesai. Beberapa buku juga tidak kubuka segel plastiknya.

Kegiatan menyortir buku yang kulakukan seperti sedang mempelajari dan mengenali diri sendiri. Saat memutuskan buku A akan kusimpan atau tidak, aku menyelam kembali dalam diriku. Apakah buku ini aku butuhkan? Apakah aku sukai? Apakah tetap berguna pada kemudian hari?

Dari hasil penyortiran itu, aku akhirnya menyingkirkan 100 lebih buku. Buku-buku apa saja yang tertinggal? Kini dalam kardus hanya ada tiga kategori buku: (1) buku kuliah yang sesuai dengan minat dan bidangku, (2) buku bacaan yang aku suka, dan (3) buku yang kupikir bisa menjadi bacaan anakku nanti.

Buku dalam Kardus setelah Disortir

Aku akan membahas kategori yang ketiga. Terkait bacaan untuk anakku nanti aku memang sejak dua tahun terakhir tertarik dengan bacaan anak-anak. Aku banyak mengikuti workshop, webinar, atau sekadar diskusi di IG live tentang bacaan anak-anak. Kini buku-buku yang masih kusimpan kuharap juga pantas dibaca oleh anakku nanti. Setidaknya, dengan mengoleksi buku-buku tersebut, aku tidak terlalu banyak membeli buku pada kemudian hari.

Dari para pakar yang aku dengar setiap membicarakan buku anak, aku menangkap beberapa kriteria bacaan anak yang berkualitas. Pilihlah buku anak yang dapat menjadi bahan diskusi dan merangsang anak untuk berpikir kritis. Biasanya buku-buku tersebut merupakan buku yang berisi isu-isu sosial, lingkungan hidup, nilai-nilai agama, budi pekerti. Namun, tetap saja, buku anak yang baik adalah buku yang tidak membicarakan moral secara eksplisit. Nilai-nilai yang hendak ditanamkan sebaiknya mengalir dalam teks tanpa ada ceramah di dalamnya.

Jadi, buku apa saja yang aku maksudkan untuk anakku nanti? Aku memilahnya menjadi lima kategori.

#1 Buku Klasik 

Pertama kali aku berkenalan dengan istilah buku klasik bahkan baru 2 tahun belakangan ini. Aku merasa tertinggal karena itu. Buku tersebut dikatakan buku klasik jika dalam waktu puluhan tahun tetap diperbincangkan, dicetak, dan dibaca oleh banyak orang. Buku klasik biasanya ditulis oleh penulis ternama dan ya, biasanya merupakan buku terjemahan.

Aku tidak memiliki banyak buku klasik karena aku sendiri baru menyukai buku terjemahan baru-baru ini. Dulu aku alergi sekali dengan buku terjemahan karena saat membacanya, bahasanya sungguh aneh. Namun, kini aku mulai terbuka dengan bacaan itu. Apalagi buku yang tidak lekang oleh zaman.

Koleksi Buku Klasik 

Buku-buku klasik yang kini ada dalam koleksiku adalah:

The Very Hungry Caterpillar karya Eric Carle. Buku ini pertama kali terbit tahun 1969. Ini adalah buku cerita bergambar yang menceritakan metamorfosis kupu-kupu. Bahasanya sangat sederhana dan memperkenalkan banyak hal kepada anak-anak, seperti warna, bilangan, dan nama makanan. Aku membeli buku ini karena ternyata buku ini sangat fenomenal. Eric Carle menulis buku ini saat berusia 20 tahun dan aku membeli buku ini saat beliau sudah berusia 70-an. Sudah 50 tahun lebih usia buku ini dan masih saja dicetak! Aku jadi ingin menulis buku cerita anak yang bisa dibaca oleh cucu-cucuku nanti. Hehe.

Le Petit Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Buku ini terbit pertama kali tahun 1943. Aku membeli buku ini dua tahun lalu sepulang dari Yogyakarta. Aku ke Yogya untuk berjumpa dengan Abinaya Ghina Jamela (Naya)—si penulis cilik yang kritis itu—bersama bundanya. Aku kemudian tahu bahwa buku ini merupakan novel anak pertama yang dibaca Naya saat ia berusia lima tahun. Dan hanya gara-gara informasi itulah aku membeli buku ini. Hehe. Aku tidak menyesal karena benar-benar bagus untuk bacaan anak-anak, bahkan pembaca dewasa. Aku pun ingin nanti anakku juga membaca buku yang sudah berusia 78 tahun ini. Benar-benar fenomenal!

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang karya Luis Sepulveda. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1996 dengan judul The Story of A Seagull And The Cat Who Taught Her To Fly. Rekomendasi tentang buku ini muncul berulang kali di beranda media sosialku saat pertama kali buku ini diterbitkan oleh Marjin Kiri. Hampir semua rekomendasi itu mengatakan buku ini menyentuh dan cocok menjadi bacaan anak-anak. Sampai akhirnya aku benar-benar membelinya dan membaca buku ini. Benar-benar cerita yang menyentuh hati. 

Dua buku terakhir yang kuceritakan di atas sudah kubaca dua kali dan tidak pernah bosan. Kali kedua aku bacakan untuk janin di kandunganku. Aku harap setelah lahir pun ia menyukai buku-buku yang aku pilihkan dan kami bisa berdiskusi bersama.

 

#2 Buku Cerita Bergambar (Picture-Book) Room to Read

Bacaan untuk anak pada masa awal membacanya tidak lepas dari buku cerita bergambar. Buku-buku sejenis ini banyak ditemukan di toko buku. Terkadang, aku sendiri bingung ingin memilih yang mana. Kriteria apa yang perlu aku pertimbangkan untuk memilih buku cerita bergambar pun masih aku pelajari. Namun, sejauh ini, aku mempercayakan pilihanku pada cerita yang diseleksi oleh Room to Read. Buku-buku Room to Read melewati proses seleksi dari segi bahasa dan ilustrasi. Selain itu, banyak buku cerita dengan tema keindonesiaan yang masuk dalam Room to Read.

Buku-buku Room to Read dapat dibaca secara daring melalui literacycloud.org. Gratis, pula! Beberapa dari buku tersebut bekerja sama dengan penerbit untuk dicetak. Beberapa buku yang kusuka pun kubeli sehingga aku memiliki beberapa koleksi:

Picture-book dari Room to Read

Aku memutuskan untuk tidak terlalu banyak membeli buku cerita bergambar karena bacaan anak akan meningkat sesuai kemampuan membacanya nanti. Dengan memiliki beberapa buku cerita bergambar saja menurutku sudah cukup. Jika ingin membaca lebih banyak, aku pun bisa mengakses buku-buku tersebut di web yang sudah disediakan.

 

#3 Buku-buku Karya Abinaya Ghina Jamela

Karya Abinaya Ghina Jamela

Mengapa aku sangat spesifik menyebut nama penulisnya? Sejauh ini karya penulis anak yang aku suka dan yang sudah kubaca adalah karya Naya. Naya merupakan penulis anak yang kritis--terlihat dari cara ia menyampaikan isi pikirannya dalam tulisan. Karena ia adalah anak-anak, maka isu yang ia suarakan sudah pasti berasal dari suara anak-anak. Dari sanalah aku sebagai orang dewasa tahu apa yang disukai anak, yang tidak disukainya, yang dikhawatirkannya, yang ingin diprotesnya. 

Menurutku, jika karya Naya dibaca oleh anak-anak, mereka akan mendapatkan perspektif baru tentang dunia mereka sendiri. Selain itu,  Naya menulis banyak genre, yaitu kumpulan puisi (Resep Membuat Jagat Raya), kumpulan cerpen (Aku Radio Bagi Mamaku), novel  (Rahasia Negeri Osi), dan kumpulan esai (Mengapa Aku Membaca? dan Kucing, Lelaki Tua, dan Penulis yang Keliru). Ini dapat menjadi nilai plus saat memilihkan bacaan untuk anak dengan beragam genre, bukan?

 

#4 Buku-Buku Karya Reda Gaudiamo

Karya Reda Gaudiamo

Berbeda dengan Naya, Reda Gaudiamo merupakan penulis dewasa yang menulis buku anak. Karya beliau yang aku koleksi adalah serial Na Willa. Buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan yang menghadapi realitas yang pasti juga pernah dialami oleh anak-anak di dunia nyata. Aku menyukai karya beliau karena dari cerita-ceritanya, anak akan mengenal rasa bahagia saat menemukan hal baru, sedih saat berpisah, berempati terhadap kondisi teman yang memprihatinkan, dan lain-lain. 

Buku ini menunjukkan bahwa cerita anak tidak melulu berakhir yang bahagia. Bacaan untuk anak juga bukan bacaan yang menggurui anak dengan nilai-nilai positif secara gamblang. Dan bacaan anak adalah bacaan yang juga bisa dinikmati oleh orang dewasa.

 

#5 Buku Biografi Tokoh Nasional

Aku tidak memiliki banyak buku biografi. Aku hanya memiliki tiga buku biografi tokoh nasional, yaitu biografi Buya Hamka, Pramoedya Ananta Toer, dan Roehana Koeddoes. Dan menurutku, buku ini layak untuk kusimpan dan menjadi bahan bacaan anakku nanti. Buya Hamka merupakan ulama besar sekaligus sasrtawan Indonesia; Pramoedya Ananta Toer merupakan sastrawan dan karyanya masih diperbincangkan sampai sekarang; Roehana Koeddoes merupakan wartawan perempuan pertama di Indonesia.

Buku Biografi Koleksiku

Buku ini bisa saja menjadi buku dongeng jika anakku minta dibacakan cerita. Kupikir aku bisa mencomot sepenggal kisah dari tokoh-tokoh tersebut. Hitung-hitung agar anak mengenal tokoh yang berpengaruh di Indonesia.

 ***

Sebenarnya, masih ada satu kategori lagi. Kategori terakhir merupakan buku yang belum kumiliki, tetapi ingin kubeli suatu saat nanti. Aku ingin memiliki buku terbitan Little Quoka. Banyak tema yang diangkat oleh penerbit tersebut untuk buku cerita anak. Salah satunya, buku-buku cerita yang bernuansa keagamaan, seperti buku cerita Bermain ke Rumah Rasulullah. Ketika melihat penggalan isi bukunya, kupikir buku ini unik sekali. Buku ini memiliki fitur pop-up dan bercerita tentang rumah Rasullullah. Sepertinya buku ini cocok dan menarik dibaca anak-anak agar mengenal lebih dekat sosok Rasulullah.

Selain itu, aku juga ingin membeli buku yang berisi kisah para nabi. Aku ingat sekali semasa kecil aku punya buku-buku sejenis itu. Bukunya tipis—satu buku berkisah satu nabi. Karena buku-buku itulah kisah-kisah nabi masih melekat di pikiranku.

Oh ya, buku yang juga ingin kubeli sebagai koleksi untuk anakku nanti adalah buku ensiklopedia dengan gambar-gambar nyata (bukan ilustrasi/kartun). Buku ensiklopedia dapat menjadi jembatan bagi anak-anak dalam mengenal dunia luar. Buku ini juga dapat menjadi bahan diskusi saat anak-anak mengenal benda nyata di lingkungannya. Namun, untuk membeli buku ensiklopedia aku harus menabung dari sekarang. Semangat!

Buku yang aku koleksi sebagai bacaan untuk anakku ini tentu saja sebagai ikhtiar awal agar aku dapat menghadirkan bacaan terbaik untuk anak. Namun, jika nanti ia memiliki tema kesukaannya sendiri, aku tetap akan menyeleksi dan memfasilitasinya. Yang kuharapkan dari kegiatan membaca, orang tua dan anak bisa berdiskusi bersama tentang apa saja. 

Komentar

  1. Ya ampuuun kakak selangkah lebih maju. Aku selama ini baru niat aja mau beli buku buat anak nanti. Mantappps

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini juga karena kebetulan sudah punya kak hihi jadi langsung disisihkan untuk anak.
      Terima kasih, Kak, sudah baca. Semoga bermanfaat :)

      Hapus
  2. Banyak sekali koleksi bukunya, Mbak. Mantap.

    Semoga anaknya kelak menjadi penerus dan penggerak literasi

    BalasHapus
  3. Vrry interesting to read....wah senang dan bangga punya adik2 suka membaca seperti syafrina dan fandi.you two are special people.

    BalasHapus
  4. waw,,, nyicil tentrem untuk anak ya mba... dimulai dari cinta buku biar cinta baca. kereen

    BalasHapus
  5. Aku jadi penasaran sama buku karangan Abinaya Ghina jameela (semoga benerr mengingat namanya). Mau nyari di marketplace ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, yuk! Wajib baca buku-bukunya Naya hihihihi

      Hapus
  6. WHh... Udah nyicil, ikutan ah... Ngeliat dulu sambil cari diskon 🤭

    BalasHapus
  7. Bukunya dibaca semua nggak tuh?? Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuma buku biografi Pramoedya Ananta Toer yang belum kubaca wkwk

      Hapus
  8. Aaah mbk Syafrina... I did it to.... pas kuliah beli-beli buku anak buat dibaca aku dan anakku. aku termasuk anak yg gak terpapar buku bagus sih pas kecil itu. lalu pas kuliah karena akses toko buku dekat dan tahu buku-buku bagus, langsung beli, baca dan simpan untuk anakku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi betul. Menyimpan buku yang bermanfaat dalam jangka panjang sepertinya lebih berarti, ya.

      Hapus
  9. Mba..inspiratif banget! Aku belum kepikiran buat menyisihkan buku untuk anakku kelak.

    Deretan judulnya nanti kucatet ah. Jadi pengen ngobrol banyak deh

    -Purnama Indah-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir mbak. Boleh, mbak. Salam kenal mbak Indah. :)

      Hapus
  10. Mbaaaak, bicara timbunan buku keknya sama denganku, haha *cari teman. Buku Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang karya Luis Sepulveda ini juga masih wishlistkuuu. Aduh, aku juga fans baru dedek Abinaya Ghina Jameela ituu. Masih kecil tapi karyanya, wow

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkw ayo segera baca buku Luis Sepulvedanyaaa 😆😆

      Hapus

Posting Komentar